Hai guys kali ini
aku mau ngepost salah satu tugas ku mengenai ''Iman Kepada Qada dan
Qadar". Daripada hanya disimpan di flasdisk, jadi lebih baik aku share ke
kalian aja siapa tau bermanfaat. Ok langsung aja cekidot !!!
Iman Kepada Qada dan Qadar
Iman kepada qada
dan qadar termasuk rukun Iman yang ke- enam dan harus diyakini
kebenarannya oleh setiap muslimin dan muslimat. Iman kepada qada dan qadar
dalam kehidupan sehari-hari lebih popular dengan sebutan takdir. Iman kepada
Qada danQadar artinya percaya dan yakin bahwasahnya Allah SWT memiliki
kehendak, keputusan dan ketetapan atas semuanya makhlukNya termasuk segala
sesuatu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia dan benda-benda yang ada di alam semesta. Kejadian itu bisa berupa
hidup atau mati, baik atau buruk, kemunculan atau kemusnahan.
A. Pengertian Qada dan Qadar
Menurut bahasa Qada memiliki
beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan
penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan
Allah SWT dari sejak zaman azali tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup
dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, Qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran.
Sedangkan menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap
segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak zaman
azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang
berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.
B. Takdir (Qada & Qadar)
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam
raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau
ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang
terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda
kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman.
Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu
informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam
dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah
terjadi.
Takdir dibedakan menjadi dua, yaitu :
· Takdir
muallaq
Yaitu qada dan
qadarnya Allah yang masih digantungkan pada usaha atau ikhtiar manusia. Suatu
contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain lain ini harus melalui
proses usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin
semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt
berikut :
وَاَنْ لَّيْسَ لِلاِ نْسَانِ اِلاَّ مَاسَعَى (۳۹) وَاَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى
Artinya : “Dan
bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan
diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40)
اِنَّ اللهَ لاَيـُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنـْفُسِهِمْط
Artinya : “Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau
mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du :
13/11)
· Taqdir
mubram
Yaitu qada dan
qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat diubah lagi oleh manusia, walau ada
ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ فَاِذَاجَاءَاَجَلـُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ
Artinya : “Dan
tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS.
Surat Al- A’raf : 7/34)
Semua yang kamu
lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah swt adalah
zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman Allah
swt berikut :
وَعَلىَ اللهِ فـَتَوَكَّلُوْا اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Artinya : “Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”. (QS. Al- Maidah : 5/23)
C. Dalil – Dalil
Tentang Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Ø Q.S
Ar-Ra’d ayat 11 :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Ø Q.S
Al-A’laa ayat 3 :
وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ
Artinya :"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”
Ø Q.S Al-Ahzab ayat 38
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
"…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku."
[Al-Ahzab/33 :38]
D. Ciri-ciri Beriman Kepada Qada
dan Qadar
Seorang muslim
yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya memiliki
tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di
dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan
qadarnya Allah swt adalah :
1. Mentaati perintah Allah swt
dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt
2. Berusaha dan bekerja secara
maksimal
3. Tawakkal kepada Allah swt
secara menyeluruh dan berdoa
4. Mengisi kehidupan di dunia
dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat
5. memperhatikan dan
merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt
6. bersabar dalam menghadapi
cobaan
7. Menyadari dan menyakini
bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh manusia baik berupa nikmat
ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak Allah, yang
telah tertulis dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu
Allah Yang Mahaluas lagi Mahasempurna.
8. Selain itu orang yang
beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah
itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
9. Orang yang beriman kepada
takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimba dirinya,
apakah bencana ataukah nikmat. Kewajiban manusia ialah berikhtiar dan
bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ikhtiar dan tawakal,
sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir).
a. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan
hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme,
yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak
perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.
Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada
takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.
Diantara cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil
adalah sebagai berikut:
§ Menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya.
§ Berusaha dengan sungguh-sungguh.
§ Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena
Allah.
§ Berdoa kepada Allah agar memperoleh
pertolongan-Nya.
Dalam surah yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya,
“Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yag
diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada
Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S. An-Najm, 53: 39-42)
b. Tawakal
Setiap muslim/muslimah yang betul-betul beriman kepada
takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada Allah SWT.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut: “Kemudian apabila kamu telah
mmbulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal. (Q.S. Ali ‘Imran, 3:159)
Selain itu Allah SWT juga berfirman yang artinya :
“katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah
ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah
orang-orang yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)
Menurut istilah bahasa, tawakal pada Allah berarti berserah
diri pada Allah atau menggantungkan diri pada Allah SWT. Sedangkan menurut
ajaran islam tawakal pada Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar
Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan kwajiban
sebagai manusia
E. Contoh Qada dan Qadar
Allah Swt.
Dalam kehidupan manusia, banyak sekali contoh-contoh
peristiwa yang melibatkan qada dan qadar Allah Swt. Berikut ini contoh adanya
bukti bahwa qada dan qadar Allah Swt. itu terjadi pada manusia.
1. Haris
adalah seorang murid yang cerdas. Ia jarang belajar dalam jangka waktu yang
lama. Ia belajar hanya beberapa menit sebelum waktu ulangan dimulai. Ketika
menerima hasil ulangannya ia mendapatkan nilai yang memuaskan.
2. Ketika
kelas VII SMP Zahid adalah siswa yang berprestasi biasa saja. Namun berkat ketekunannya
ia mampu mengejar ketertinggalan dari teman-temannya. Akhirnya pada waktu ujian
akhir sekolah ia mampu menjadi yang terbaik.
3. Zidane
berusia 13 tahun. Sekarang ia duduk di kelas VII. Kehidupan zidane masih
panjang berdasarkan usia hidup rata-rata penduduk Indonesia yaitu sekitar 64
tahun. Menginjak usia yang ke 15, ia menderita sakit keras. Berbagai model
pengobatan telah dijalaninya. Namun akhirnya ia meninggal dunia.
F. Fungsi Beriman Kepada
Qada dan Qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak fungsi (hikmah
atau manfaat) yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
1. Melatih diri untuk
banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat
keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan
nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”
2. Menjauhkan diri
dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila
memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata
karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia
mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia
menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
3. Memupuk sifat
optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada
dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung.
Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab
itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat
bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya
:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
4. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa
mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan
apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia
bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam
surga-Ku.
5. Memperkuat
keyakinan bahwa Allah SWT
Pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha
kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat
manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi
umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan
yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya
kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akhirat.
6. Menumbuhkan
kesadaran
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala
isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau
hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian
mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah
yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
7. Meningkatkan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala
yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya,
tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan
keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di
tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan
hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa,
tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa,
tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam.
(lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
8. Menumbuhkan sikap
prilaku dan terpuji, serta menghilangkan prilaku tercela
Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat
islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti
sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri
dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan
jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
9. Memotivasi
Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar
kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan
hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul
beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak
akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh
di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan
secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah
SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat
kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).